INILAH.COM, Jakarta - Ilmuwan Eropa temukan cara baru
menanggulangi penyebaran penyakit infeksi malaria, yakni dengan
membuatnya tak bersperma.
Dirilis di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, ilmuwan Italia dan Inggris melakukan uji coba rekayasa genetik pada nyamuk Anopheles jantan penyebar malaria.
Hasilnya, nyamuk-nyamuk ini tidak menghasilkan sperma. Nyamuk pejantan itu tetap bisa kawin dengan betinanya, tapi tidak terjadi pembuahan.
“Nyamuk-nyamuk ini tidak akan menghasilkan keturunan, dan jumlah nyamuk akan berkurang, sehingga akan mengurangi penyebaran penyakit malaria," ujar Dr. Flaminia Catteruccia dari Imperial College, London, seperti dikutip dari ABC news radio online.
Metode ini adalah satu dari upaya ilmuwan melakukan rekayasa genetik pada nyamuk. Sebelumnya ilmuwan telah membuat nyamuk tidak bisa terbang, atau dengan menyuntikkan jamur khusus yang membuat nyamuk tak mampu menyebar malaria ke manusia.
Tapi cara baru ini secara otomatis akan mampu mengontrol populasi nyamuk penyebar malaria, tanpa terlalu memengaruhi ekosistem. [mor]
Dirilis di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, ilmuwan Italia dan Inggris melakukan uji coba rekayasa genetik pada nyamuk Anopheles jantan penyebar malaria.
Hasilnya, nyamuk-nyamuk ini tidak menghasilkan sperma. Nyamuk pejantan itu tetap bisa kawin dengan betinanya, tapi tidak terjadi pembuahan.
“Nyamuk-nyamuk ini tidak akan menghasilkan keturunan, dan jumlah nyamuk akan berkurang, sehingga akan mengurangi penyebaran penyakit malaria," ujar Dr. Flaminia Catteruccia dari Imperial College, London, seperti dikutip dari ABC news radio online.
Metode ini adalah satu dari upaya ilmuwan melakukan rekayasa genetik pada nyamuk. Sebelumnya ilmuwan telah membuat nyamuk tidak bisa terbang, atau dengan menyuntikkan jamur khusus yang membuat nyamuk tak mampu menyebar malaria ke manusia.
Tapi cara baru ini secara otomatis akan mampu mengontrol populasi nyamuk penyebar malaria, tanpa terlalu memengaruhi ekosistem. [mor]
No comments:
Post a Comment