INILAH.COM, Kuala Lumpur - Malaysia merilis enam ribu
nyamuk rekayasa genetik untuk memerangi demam berdarah. Padahal,
beberapa pengamat menilai percobaan ini tidak aman.
Dalam percobaan pertama di Asia ini, sebagaimana dikatakan Lembaga Penelitian Medis Malaysia, sekitar enam ribu nyamuk Aedes aegypti jantan diuji coba di situs rahasia di kota Pahang.
Lembaga ini bertugas untuk menentukan kebijakan uji coba yang sudah dimulai sejak 21 Desember tahun lalu. “Studi ini untuk mempelajari penyebaran dan umur nyamuk di kehidupan masyarakat,” tulis rilis lembaga ini.
Serangga hasil rekayasa ini dibuat agar keturunan mereka cepat mati. Tindakan tersebut untuk menjaga pertumbuhan penduduk dari serangan nyamuk demam berdarah.
Spesies Aedes betina bertanggung jawab untuk penyebaran demam berdarah di mana membunuh sekitar 134 orang di Malaysia, tahun lalu.
“Saya sangat terkejut bahwa mereka melakukannya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu mengingat tingginya kewaspadaan di masyarakat. Ada keprihatinan di kalangan LSM, ilmuwan dan warga setempat atas penelitian ini,” ujar ilmuwan Lim Li Ching dari Third World Network.
Kritik juga muncul meningat sedikit sekali informasi yang diketahui tentang nyampuk Aedes sehingga sulit dipahami kemampuan interaksi nyamuk buatan itu di alam liar.
Sayangnya, pihak berwenang Malaysia menolak klaim ketakutan itu dan mengatakan bahwa keberadaan nyamuk buatan ini bisa mengurangi kematian akibat demam berdarah. [vin]
Dalam percobaan pertama di Asia ini, sebagaimana dikatakan Lembaga Penelitian Medis Malaysia, sekitar enam ribu nyamuk Aedes aegypti jantan diuji coba di situs rahasia di kota Pahang.
Lembaga ini bertugas untuk menentukan kebijakan uji coba yang sudah dimulai sejak 21 Desember tahun lalu. “Studi ini untuk mempelajari penyebaran dan umur nyamuk di kehidupan masyarakat,” tulis rilis lembaga ini.
Serangga hasil rekayasa ini dibuat agar keturunan mereka cepat mati. Tindakan tersebut untuk menjaga pertumbuhan penduduk dari serangan nyamuk demam berdarah.
Spesies Aedes betina bertanggung jawab untuk penyebaran demam berdarah di mana membunuh sekitar 134 orang di Malaysia, tahun lalu.
“Saya sangat terkejut bahwa mereka melakukannya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu mengingat tingginya kewaspadaan di masyarakat. Ada keprihatinan di kalangan LSM, ilmuwan dan warga setempat atas penelitian ini,” ujar ilmuwan Lim Li Ching dari Third World Network.
Kritik juga muncul meningat sedikit sekali informasi yang diketahui tentang nyampuk Aedes sehingga sulit dipahami kemampuan interaksi nyamuk buatan itu di alam liar.
Sayangnya, pihak berwenang Malaysia menolak klaim ketakutan itu dan mengatakan bahwa keberadaan nyamuk buatan ini bisa mengurangi kematian akibat demam berdarah. [vin]
No comments:
Post a Comment