Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika
penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan
karena penyakit ini telah merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu bulan
Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781
orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang.
WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil
dengan daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun
16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia.
DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh
nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat
dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus
penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk
memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain
itu juga dapat dilakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan
abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk.
Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penular DBD dapat dilakukan dengan cara:
a) fogging, yaitu pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa;
b) abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gr untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk;
c) penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3 M, yaitu menguras, menutup
tampungan air dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang
nyamuk.
Dalam program pemberantasan DBD, racun serangga yang digunakan untuk fogging adalah golongan organophosporester insectisida seperti malathion, sumithion, fenithrothion, perslin dan lain-lain. Paling banyak dan sering digunakan adalah malathion.
Dosis yang dipakai untuk malathion murni adalah 438 gr/hektar. Namun
untuk pelaksanaan fogging dengan fog machine malathion harus diencerkan
dengan penambahan solar atau minyak tanah sehingga menjadi larutan
dengan konsentrasi 4-5%.
Cara pembuatan larutan tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1) 1 liter malathion 96% EC + 19 liter solar = 20 liter malathion 4,8%; atau
2) 1
liter malathion 50% EC + 10 liter solar = 11 liter malathion 4,5 %.
Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktivitas puncak dari nyamuk,
yaitu jam 09.00 – 11.00.
Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat untuk
mencegah penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang tepat,
karena cara ini sesungguhnya hanya bertujuan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dewasa. Fogging
sangat mencemari lingkungan dan akhirnya mencemari manusia, disamping
itu tindakan fogging harganya mahal dan hasilnya tidak begitu
signifikan, karena setiap fogging hanya focus dengan radius 100 meter
dan membutuhkan 3 liter Pestisida dan 60 liter solar dan akhirnya dengan
fogging masyarakat menjadi terlena dan nyamuknya menjadi resisten.
Dari Jurnal Epidemiolgy tahun 1992 juga
diteliti mengenai hubungan antara paparan Malathion dengan kejadian
kelainan gastrointestinal (saluran cerna), dan ternyata ditemukan bahwa wanita hamil yang terpapar malathion mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar anaknya menderita kelainan gastrointestinal. Masalah lain yang juga pernah diteliti adalah paparan terhadap malathion ini mengakibatkan Leukemia
pada anak-anak, Aplastik anemia, Gagal ginjal, Defek pada bayi baru
lahir, kerusakan gen dan kromosom, kerusakan paru dan penurunan sistem
kekebalan tubuh. Malathion juga diduga mempunyai peran terhadap 28 gangguan, mulai dari gangguan gerakan sperma hingga kejadian hiperaktif pada anak.
Meskipun pihak pembuat bahan ini telah melakukan uji keamanan, kita
harus semakin menyadari bahwa ada risiko-risiko yang akan kita tanggung
apabila terpapar bahan tersebut.
Bahaya dari pestisida dapat menimbulkan dampak kronis, yaitu pada :
1. Sistem syaraf,
Neurotoksin: masalah ingatan yang gawat, sulit berkonsentrasi,
perubahan kepribadian, kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma;
2. Perut; Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan;
3. Sistem kekebalan dan Keseimbangan hormon.
Dampak pestisida terhadap kesehatan,
pest=hama, sida=caedo=pembunuh atau pestisida juga dapat mematikan
manusia. Adapun gejala yang sering timbul dimulai dengan sakit kepala,
pusing, mual, sakit dada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat
berlebihan, kram, diare, sulit bernafas, pandangan kabur dan akhirnya
dapat menyebabkan kematian.
Dampak jangka panjang yang ditimbulkan pestisida yaitu: karsinogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh); mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang); teratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan) dan residu sisa berbahaya bagi konsumen.
Solar
merupakan salah satu bahan bakar yang berasal dari fosil. Hasil
pembakaran berupa Emisi CO, NOx, Sox. CO-Hb (dalam darah) => HbCO,
seharusnya HbO2, CO 210x lebih kuat mengikat Hb dibanding O2. Dampaknya
kekurangan O2. NO2 bersifat racun, mengakibatkan radang paru-paru
(sembuh 6-8 minggu), penyumbatan bronchioli (dapat meninggal 3-5
minggu). SO2 bersifat iritan, mudah diserap selaput lendir saluran
nafas, produksi lendir berlebihan, iritasi. Pemaparan berulang-ulang
berisiko kanker saluran nafas.
GLOBAL, jika terkena air hujan di udara:
NOx di udara juga dapat membentuk NH3, NH4. Sox di udara dapat membentuk
H2S, H2SO4. NH3, NH4, NH2S, H2SO4 dan SO2 menyebabkan hujan asam. Unsur
N dan C di atmosfer dapat menyebabkan efek rumah kaca, sehingga bumi
semakin panas.
Referensi
1. Ambarwati, Sri Darnoto, dan Dwi Astuti. Fogging Sebagai Upaya Untuk Memberantas Nyamuk Penyebar Demam Berdarah Di Dukuh Tuwak Desa Gonilan, Kartasura, Sukoharjo, Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
2. Bei soekamto mpr, Fogging Apa Dampaknya, http://soekamto_mpr.htm
3. Gudang Inspirasi, JANGAN MINTA FOGGING ! BERBAHAYA !, http://GudangInspirasi.htm
4. Malathion for Mosquito Control Pesticides, http://US_EPA.htm
5. Wikipedia, Malathion, http://the_free_encyclopedia.htm
No comments:
Post a Comment